Siklus Ekonomi dalam makroekonomi antara lain :
- Tahap ekspansi (expansion), rekoperi (recovery), atau revival. Dalam tahapan ini perekonomian dicirikan oleh pengeluaran investasi dunia usaha mulai meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi mulai bergerak naik, PDB aktual dan kesempatan kerja mulai mengalami peningkatan.
- Tahap kulminasi, titik puncak, titik batas tertinggi (upper turning point) atau peak. Dalam tahapan ini perekonomian mencapai titik tertinggi. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDB aktual relatif tinggi, serta kesempatan kerja tersedia relatif besar. Boom (boom) adalah upper turning point (peak) paling tinggi yang pernah dicapai suatu perekonomian.
- Tahap resesi (recession), kontraksi (contraction), atau krisis. Dalam tahap ini kegiatan ekonomi mengalami gejala menurun (downturn). Pengeluaran investasi mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan ekonomi, PDB aktual, dan kesempatan kerja menunjukkan penurunan. Jika gejala penurunan ini terjadi secara tiba-tiba disebut krisis, tetapi jika penurunan tersebut terjadi secara perlahan-lahan disebut resesi.
- Tahap trough atau titik terendah lower turning point. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap resesi. Dalam tahap ini kehidupan perekonomian berada dalam kondisi paling rendah. Pengeluaran investasi turun dratis, sehingga pertumbuhan ekonomi, PDB aktual, dan kesempatan kerja mengalami penurunan yang tajam. Depresi (depression) adalah trough paling rendah yang pernah dialami oleh suatu perekonomian.
Siklus Ekonomi gangguan AD & AS
Krisis perekonomian Indonesia yang diawali krisis nilai tukar rupiah pada pertengahan tahun 1997. Akibat turunnya nilai tukar rupiah (depresiasi) yang cukup tajam, telah menyebabkan kewajiban utang luar negeri dalam rupiah serta harga impor tiba-tiba naik tajam. Akibatnya banyak perusahaan secara teknis mengalami kebangkrutan, penawaran agregat mengalami penurunan, sehingga kurva AS bergeser ke kiri dari AS1 menjadi AS2.
Ketika banyak perusahaan mengalami kebangkrutan, kesempatan kerja berkurang dan pengangguran meningkat, sehingga pendapatan serta daya beli masyarakat turun. Akibatnya, pengeluaran konsumsi juga turun. Seiring dengan itu, untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang melemah, Bank Indonesia menjalankan kebijakan uang ketat (kebijakan moneter kontraktif). Akibatnya, tingkat bunga naik, yang mendorong pengeluaran investasi turun.
Turunnya pengeluaran konsumsi bersama-sama dengan turunnya pengeluaran investasi, menyebabkan permintaan agregat turun, sehingga kurva AD bergeser ke kiri dari AD1 menjadi AD2. Akibatnya, pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi menjadi negatif sebesar 13,3%.
Akibat penawaran agregat turun yang diikuti turunnya permintaan agregat hasil akhirnya adalah, pada tahun 1998 PDB riil turun dratis, dan pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan negatif sebesar 13,30% yang disertai tingkat inflasi IHK naik dari 11,60% pada tahun 1997 menjadi sebesar 77,63% pada tahun 1998.